Perspektif Etika Bisnis Dalam Ajaran Islam Dan Barat, Etika Profesi (Etika Bisnis Penulisan Materi 7) 3EA04
TUGAS PENULISAN
ETIKA
BISNIS
PERSPEKTIF
ETIKA BISNIS DALAM AJARAN ISLAM DAN BARAT, ETIKA PROFESI
DISUSUN OLEH:
LAILY DWI YULIANTI (13217264)
DOSEN:
DR. HERRY SUSSANTO, SE., MM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dunia
bisnis sangat di sukai oleh banyak orang. Banyak juga yang mencita-citakan
profesi ini. Sebagai orang yang ingin berbisnis, kita harus mengetahui mengenai
prinsip bisnis itu sendiri.Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis
adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Islam
itu sendiri merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan
manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan yang
komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok
kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal
organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi
dalam bisnis, sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak milik dan
hubungan sosial.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan aspek etika bisnis islam ?
2. Apa
yang dimaksud denganTeori ethical egoism ?
3. Apa
yang dimaksud dengan Teori relativisme ?
4. Apa
yang dimaksud dengan Konsep deontology ?
5. Apa
yang dimaksud dengan Pengertian profesi ?
6. Apa
yang dimaksud dengan Kode etik ?
7. Apa
yang dimaksud dengan Prinsip etika profesi ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk
mengetahui aspek etika bisnis islam
2. Untuk
mengetahui Teori ethical egoism
3. Untuk
mengetahui Teori relativisme
4. Untuk
mengetahui Konsep deontology
5. Untuk
mengetahui Pengertian profesi
6. Untuk
mengetahui Kode etik
7. Untuk
mengetahui Prinsip etika profesi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Etika Bisnis Islami
Islam
itu sendiri merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan
manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan yang
komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok
kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal
organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi
dalam bisnis, sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak milik dan
hubungan sosial. Berikut 5 ketentuan umum etika bisnis dalam islam :
1. Kesatuan
(Tahuhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana
terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek
kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan
yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang
menyeluruh.
2. Keseimbangan
(Equilibrium/Adil)
Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam
berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus
Allah untuk men=mbangun keadialn. Kecelakan besar bagi orang yang berbuat
curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta
untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk oran selalu di
kurangi.
3. Kebenaran
: kebijakan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna
kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebijakan dan
kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan
perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau
memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan keuntungan.
4. Kehendak
Bebas (free will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika
bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.
Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi
seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala
potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi
kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban
setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.
5. Tanggung
Jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil
dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan
akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu
mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat
dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan
oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
Dasar
Falsafah Etika dalam Islam
Etika
bersama dengan agama berkaitan eret dengan manusia tentang upaya pengaturan
kehidupan dan perilakunya. Islam meletakan “ teks suci” sebagai dasar
kebenaran, sedangkan fisafat barat meletakan “akal” sebagai dasar. Substansi
dengan kemahakuasaan tuhan tanggung jawab manusia. Dan (3) keadilan tuhan dan
realitas kadilannya di hari kemudian.Berbagai teori etika barat dapat dilihat
dari susut pandang islam sebagai berikut:
·
Teologi utilitarian dalm islam :”hak
individu dan kelompok penting” dan “ tanggungjawab adalah perseorangan.
·
Distributive justice dalam islam:” hak
orang miskin berada pada harta orang kaya.
·
Deontology dalam islam :” niat baik
tidak dapat mengubah yang “haram” jadi “halal”.
·
Enternal
law dalam islam :” allah mewajibkan manusia untuk mempelajari wahyu dan
ciptannya.
2.2 Teori Ethical Egoism
Ethical
Egoism menegaskan bahawa kita tidak harus mengabaikan secara mutlak kepentingan
orang lain tetapi kita patut mempertimbangkannya apabila tindakan itu secara
langsung akan membawa kebaikan kepada diri sendiri. Egoism mengatakan suatu
tindakan dikatakan etis apabila bermanfaat bagi diri sendiri serta mengatakan
bahwa kita harus mengejar sendiri atau mengutamakan kepentingan diri kita.
Terdapat
dua kategori utama Egoisme iaitu Psychological Egoism dan Ethical Egoism.
1. Egoisme
Secara Psikologi
Psychological Egoism berpandangan bahawa setiap ormg
sentiasa didorong oleh tindakan untuk kepentingan diri. lanya juga mendakwa
bahawa manusia sentiasa melakukan perkara-perkara yang dapat memuaskan hati
mereka ataupun yang mempunyai kepentingan peribadi. Teori ini menerangkan
bahawa tidak kira apa alasan yang diberikan oleh seseorang, individu sebenarnya
bertindak sedemikian sematamata untuk memenuhi hasrat peribadi. Sekiranya
pandangan ini benar maka keseluruhan prinsip etika adalah tidak berguna lagi.
2. Egoisme
Etikal
Ethical Egoism menegaskan bahawa kita tidak harus
mengabaikan secara mutlak kepentingan orang lain tetapi kita patut
mempertimbangkannya apabila tindakan itu secara langsung akan membawa kebaikan
kepada diri sendiri. Ethical Egoism adalah berbeza dengan prinsip-prinsip moral
seperti sentiasa bersikap jujur, amanah dan bercakap benar. la kerana tindakan
tersebut didorong oleh nilai-nilai luhur yang sedia ada dalam diri manakala
dalam konteks ethical egoism pula sesuatu tindakan adalah didorong oleh
kepentingan peribadi. Misalnya, seseorang individu yang memohon pinjaman akan
memaklumkan kepada pegawai bank tentang kesilapan pihak bank bukan atas dasar
tanggungjawab tetapi kerana beliau mempunyai kepentingan diri.
2.3 Teori Relativisme
Relativisme
berasal dari kata Latin, relativus, yang berarti nisbi atau relatif. Sejalan
dengan arti katanya, secara umum relativisme berpendapat bahwa perbedaan
manusia, budaya, etika, moral, agama, bukanlah perbedaan dalam hakikat,
melainkan perbedaan karena faktor-faktor di luarnya. Sebagai paham dan
pandangan etis, relativisme berpendapat bahwa yang baik dan yang jahat, yang
benar dan yang salah tergantung pada masing-masing orang dan budaya
masyarakatnya. Ajaran seperti ini dianut oleh Protagras, Pyrrho, dan
pengikut-pengikutnya, maupun oleh kaum Skeptik.
Dasar
pemikiran ini adalah bahwa tidak ada kriteria universal untuk menentukan
perbuatan etis. Setiap individu menggunakan kriterianya masing-masing dan
berbeda setiap budaya atau negara.
2.4 Konsep Deontology
Berasal
dari bahasa yunani Deon yang berarti kewajiban/ Sesuatu yang harus. Etika deontology ini lebih menekankan pada
kewajiban manusia untuk bertindak secara baik menurut teori ini tindakan baik
bukan berarti harus mndatangkan kebaikan namun berdasarkan baik pada dirinya
sendiri jikalau kita bisa katakana ini adalah mutlak harus dikerjakan tanpa
melihat berbagai sudut pandang. Konsep ini menyiratkan adanya perbedaan
kewajiban yang hadir bersamaan. Artinya ada sebuah persoalan yang kadang baik
dilihat dari satu sisi, namun juga terlihat buruk dari sudut pandang lain.
2.5 Pengertian Profesi
Profesi
adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang dalam
bahasa Yunani adalah “Επαγγελια”, yang bermakna: “Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen”.Profesi adalah
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknik
dan desainer.
2.6
Kode Etik
Kode
etik adalah suatu sistem norma, nilai & juga aturan profesional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar & baik & apa yang tidak
benar & tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa saja
yang benar / salah, perbuatan apa yang harus dilakukan & perbuatan apa yang
harus dihindari. Atau secara singkatnya definisi kode etik yaitu suatu pola
aturan, tata cara, tanda, pedoman etis ketika melakukan suatu kegiatan / suatu
pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan / tata cara sebagai pedoman
berperilaku.
2.7
Prinsip Etika Profesi
Dalam
tuntutan professional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk
masing-masing profesi. Kode etik itu berhubungan dengan prinsip etika tertentu
yang berlaku untuk suatu profesi.Prinsip-prinsip etika profesi adalah :
1.
Prinsip Tanggung Jawab
Yaitu
salah satu prinsip pokok bagi kaum profesional. Karena orang yang professional
sudah dengan sendirinya berarti bertanggung jawab atas profesi yang
dimilikinya. Dalam melaksanakan tugasnya dia akan bertanggung jawab dan akan
melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin, dan dengan standar diatas rata-rata,
dengan hasil maksimal serta mutu yang terbaik.
2.
Prinsip Keadilan
Prinsip
yang menuntut orang yang professional agar dalam melaksanakan profesinya tidak
akan merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang
dilayani dalam kaitannya dengan profesi
yang dimilikinya.
3.
Prinsip Otonomi
Prinsip
yang dituntut oleh kalangan professional terhadap dunia luar agar mereka
diberikan kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya. Sebenarnya hal ini
merupakan konsekuensi dari hakekat profesi itu sendiri. Karena hanya mereka
yang professional ahli dan terampil dalam bidang profesinya, tidak boleh ada pihak
luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan profesi tersebut.
4.
Prinsip Integritas Moral
Prinsip
yang berdasarkan pada hakekat dan ciri-ciri profesi di atas, terlihat jelas
bahwa orang yang professional adalah juga orang yang mempunyai integritas
pribadi atau moral yang tinggi. Oleh karena itu mereka mempunyai komitmen
pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya, dan juga kepentingan
orang lain maupun masyarakat luas.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Islam
memiliki wawasan yang komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip
dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga
kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa,
kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak
milik dan hubungan sosial. Terdapat dua kategori utama Egoisme iaitu Psychological
Egoism dan Ethical Egoism. Dalam tuntutan professional sangat erat hubungannya
dengan suatu kode etik untuk masing-masing profesi. Kode etik itu berhubungan
dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi.
Sumber
:
Komentar
Posting Komentar